Sankebetsu Brown Bear Incident - Ketika Seekor Beruang yang Kelaparan Mulai Memangsa Manusia

By: Berawan Blogger - Oktober 14, 2023

Baca Juga

Daftar Isi [Tampilkan]

Jika kita berbicara mengenai kasus serangan hewan buas paling mengerikan yang pernah terjadi di Jepang, maka Anda tidak akan mendengar kisah yang lebih buruk dari "Insiden Beruang Coklat Sankebetsu". Insiden penyerangan tersebut telah memakan korban jiwa sebanyak 7 orang dan melukai tiga orang lainnya. Sesuai dengan namanya, pelaku dalam insiden tersebut adalah seekor beruang raksasa berbulu coklat, yang merupakan spesies beruang cokelat Ussuri. 

Sankebetsu Brown Bear Incident


Insiden ini bemula di pagi hari, pada pertengahan bulan November 1915. Saat itu, muncul seekor beruang cokelat Ussuri di depan pintu rumah keluarga Ikeda di Sankebetsu Rokusen-sawa, Hokaido. Kehadirannya telah membuat kuda peliharaan keluarga itu menjadi ketakutan, meskipun beruang itu hanya mengambil sebuah jagung yang baru saja dipanen dan pergi setelahnya.

Sankebetsu memang merupakan sebuah pemukiman yang belum lama bediri, lingkungan sekitarnya masih berupa hutan yang dipenuhi dengan tumbuhan dan pepohonan. Jadi, sudah menjadi hal yang biasa jika penduduknya mendapatkan gangguan dari hewan liar yang hidup didalam hutan. 

Kemudian, pada tanggal 20 November, beruang yang sama kembali menampakkan diri. Hal ini tentu saja membuat kepala keluarga Ikeda jadi khawatir, dia pun memutuskan untuk membawa putranya serta beberapa orang teman dari desa itu untuk memburu beruang tersebut.

Kelompok pemburu tersebut berhasil menembak dan melukai beruang itu pada tanggal 30 November. Meskipun hewan itu berhasil melarikan diri dari buruan mereka, dan meninggalkan jejak darah disepanjang pelariannya. Mereka mengejarnya sampai di jalan setapak yang menuju ke Gunung Onishika, meski pada akhirnya mereka tidak berhasil mengejar hewan itu. Namun, mereka percaya bahwa luka tembak tersebut sudah cukup untuk membuat beruang itu kapok, mereka pun memutuskan untuk menghentikan pencarian dan kembali ke desa.

Tapi, benarkah begitu?

Penyerangan Pertama Si Beruang


Sekitar jam 10 pagi di tanggal 9 Desember 1915, beruang cokelat tersebut kembali muncul dan kali ini dia menargetkan rumah keluarga Ota. Didalam rumah itu, terdapat istri dari kepala keluarga Ota yang bernama Abe Mayu, yang tengah mengasuh bayi mereka yang bernama Hasumi Mikio. Beruang itu berhasil masuk ke dalam, lalu menyerang Mikio. Saat itu, Mayu sempat melakukan perlawanan dengan melemparkan kayu bakar kearahnya, tetapi beruang itu tetap menyerang Mikio hingga tewas.

Sadar perlawanannya tidak berdampak apapun, Mayu memutuskan untuk melarikan diri, tetapi beruang itu sangat cepat sehingga dia langsung menerkam Mayu. Selanjutnya, beruang itu menyeret Mayu keluar rumah dan membawanya masuk ke hutan Sankebetsu. Kejadian tersebut digambarkan seperti sebuah rumah penjagalan yang mengerikan.

Keesokan paginya, sebuah tim pencari yang beranggotakan 30 orang dibentuk guna menangkap beruang coklat itu, sekaligus untuk mencari jasad Mayu. Setelah menyusuri hutan sejauh 150 meter, mereka akhirnya bertemu dengan beruang itu. Lima orang telah melepaskan tembakan ke arah beruang tersebut, tetapi hanya satu peluru yang berhasil mengenainya dan hewan itu berhasil melarikan diri lagi.

Setelah berhasil mengusir beruang itu, tim pencari kembali menyusuri area hutan dan berhasil menemukan jejak darah kering di atas salju, di pangkal pohon cemara Sakhalin. Dan didekat situ pula, mereka menemukan sisa-sisa tubuh Mayu yang hanya tersisa bagian kepala dan kaki, yang terkubur dibawah timbunan salju. Menurut dugaan, beruang coklat itu sengaja menyembunyikannya disana sebagai cadangan makanan.

Penduduk desa percaya, jika seekor beruang telah merasakan daging manusia, maka ia akan kembali untuk memangsa manusia lagi. Para penduduk desa memilih untuk mempersenjatai diri mereka dan berjaga di sekitar rumah keluarga Ota. Sementara itu, 50 orang warga lainnya telah ditempatkan untuk berjaga di rumah tetangga mereka, yaitu keluarga Miyouke. Rumah keluarga Ota berlokasi paling dekat dengan hutan, sehingga penduduk desa percaya bahwa beruang itu pasti akan muncul dari situ lagi.

Benar saja, beruang itu kembali muncul di pekarangan rumah keluarga Ota pada pukul 8 malam. Salah seorang warga yang berjaga disana langsung melepaskan tembakan, tetapi tidak berhasil mengenainya. Namun, ketika puluhan orang penjaga yang ditempatkan beberapa ratus meter jauhnya tiba untuk membantu, beruang tersebut telah menghilang kedalam hutan.

Sementara itu di rumah keluarga Miyouke, para penjaga yang mendapat kabar tentang kemunculan beruang di rumah keluarga Ota, memutuskan untuk melakukan patroli. Sebelum berangkat, mereka telah menunjuk satu orang untuk berjaga di rumah keluarga tersebut.

Penyerangan di Rumah Keluarga Miyouke


Beruang yang sebelumnya melarikan diri dari rumah keluarga Ota, kini telah muncul di rumah keluarga Miyouke. Entah karena beruangnya yang cerdas atau si penjaga yang sudah mengantuk, rumah keluarga Miyouke berhasil dimasuki oleh hewan itu tanpa ketahuan.

Didalam rumah, ada istri dari kepala keluarga Miyouke yang bernama Yayo, dia sedang menyiapkan makan malam sembari menggendong anak keempat mereka yang bernama Umekichi. Sebenarnya, ada beberapa orang lagi yang ada dirumah itu, mereka sengaja mengungsi ke rumah keluarga Miyouke. Dua orang bocah sedang berada di kamar bersama dengan anak ketiga Yayo. Sementara di kamar yang lain, ada seorang ibu hamil yang sedang tertidur.

Ketika Yayo mendengar suara-suara aneh dari luar, dia hendak pergi keluar untuk memeriksanya, tetapi beruang itu langsung menerobos masuk kedalam rumah melalui jendela. Tatkala sudah berada didalam, beruang itu langsung mengamuk, sehingga membuat lampu minyak menjadi padam dan membuat keadaan didalam rumah menjadi gelap gulita. 

Saat Yayo mencoba untuk melarikan diri, dia malah tersandung dan jatuh, karena anak keduanya yang bernama Yujiro berpegangan pada kakinya. Kemudian, beruang coklat itu langsung menyerang Yujiro dan menggigit punggung Umekichi. Mendengar suara kekacauan dari dalam rumah, satu orang penjaga yang tadi ditinggalkan segara masuk ke dalam. 

Ketika dia masuk kedalam, beruang itu langsung mengalihkan targetnya kepada si penjaga dan melepaskan Yayo serta kedua anaknya. Melihat kesempatan ini, Yayo langsung melarikan diri keluar rumah dengan membawa serta anak bungsunya. Sementara itu, si penjaga berusaha menghindari serangan beruang dengan bersembunyi dibalik perabotan, tetapi punggungnya malah terkena serangan beruang dan terluka parah.

Kemudian, beruang itu melanjutkan penyerangan kepada putra ketiga Yayo dan dua orang bocah lain yang ada di kamar, mereka pun terbunuh. Seolah tidak puas, hewan buas itu mencari korban selanjutnya, kemudian dia menemukan ibu hamil yang tengah tertidur di kamar lain. Sungguh malang, dia juga tewas dalam insiden tersebut.

Perburuan Kesagake si Beruang Raksasa


Para penduduk yang tadi tengah berpatroli mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres, mereka memutuskan untuk segera kembali ke pemukiman. Sesampainya mereka disana, mereka bertemu dengan Yayo. Kemudian, Yayo memberitahu mereka soal penyerangan yang terjadi dirumah keluarganya. Mendengar itu, para penduduk langsung bergegas menuju rumah keluarga Miyouke.

Setibanya disana, mereka mendengar suara-suara dari dalam rumah, yang mereka anggap sebagai pertanda bahwa beruang itu masih ada didalam. Para penduduk menyarankan untuk membakar habis rumah tersebut, tetapi ide ini langsung ditolak oleh Yayo, karena takut jika masih ada orang yang selamat didalam.

Pada akhirnya, para penduduk memutuskan untuk membuat dua kelompok guna mengepung beruang itu. Kelompok pertama beranggotkan 10 orang yang masing-masing memegang senjata, mereka ditempatkan di pintu depan. Sementara kelompok yang lain ditempatkan dibelakang rumah, kemudian mereka mulai berteriak dan memukul-mukul sesuatu agar beruang terpancing keluar.

Namun, ketika beruang itu muncul dari pintu depan, tidak satupun letusan senjata yang terdengar. Hal ini disebabkan karena mereka merasa panik dan saling menghalangi pandangan satu sama lain, sementara ada beberapa orang yang senjatanya malah macet. Melihat kesempatan ini, si beruang segera melarikan diri kedalam hutan dan menghilang di kegelapan.

Miyouke Yasutaro (kepala keluarga Miyouke) yang kini telah mengetahui bahwa anak-anaknya telah tewas di tangan seekor beruang, memutuskan untuk menghubungi seorang pemburu beruang profesional yang bernama Yamamoto Heikichi. 

Heikichi yang mendengar cerita penyerangan tersebut dari Yasutaro, langsung yakin bahwa pelakunya adalah seekor beruang yang dikenal dengan nama "Kesagake"

Menurut keterangan dari Hekichi, beruang ini sebelumnya juga pernah menewaskan 3 orang wanita. Meski pada akhirnya, Heikichi menolak permohonan Yausutaro untuk membantu memburu beruang tersebut, dia beralasan bahwa dia telah menukar senjatanya dengan Sake (miras khas Jepang), dan dia tidak lagi berburu beruang.

Perburuan Terhadap Beruang "Kesagake"


Dua hari kemudian, penduduk Sankebetsu mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah setempat. Menanggapi permohonan tersebut, pemerintah setempat segera membentuk Tim penembak jitu. Mereka juga telah berhasil membujuk Yamamoto Heikichi untuk ikut serta dalam perburuan ini.

Kelompok pemburu berhasil dibentuk dengan jumlah anggota 60 orang, yang terdiri dari warga, tim penembak jitu dan juga Heikichi. Dan pada tanggal 13 Desember, mereka mendapat laporan bahwa beruang Kesagake telah muncul lagi di rumah keluarga Ota. Beruang itu menghabiskan cadangan makanan mereka, kemudian mengacak-acak bagian depan rumah, sebelum akhirnya dia kembali kedalam hutan.

Setelah kejadian itu, kelompok pemburu mulai melakukan patroli dengan menyusuri area hutan terdekat. Tak beberapa lama, salah satu pos penjaga melihat pergerakan Kesagake di sebuah jembatan, mereka melepaskan tembakan ke arah beruang itu dan berhasil mengenainya. Sayangnya, beruang itu lagi-lagi berhasil melarikan diri dengan luka yang masih meneteskan darah.

Sebagai pemburu beruang yang berpengalaman, Yamamoto Heikichi mengajak dua orang pemburu lainnya untuk mengikuti jejak darah serta jejak kaki beruang itu di sepanjang hilir sungai. Tidak lama kemudian, Yamamoto dan timnya telah berhasil melacak dan menemukan beruang Kesagake yang tengah beristirahat di bawah sebuah pohon Oak.

Kemudian, dia dan satu orang lainnya mengendap-endap secara perlahan untuk memperkecil jarak mereka dengan Kesagake. Dan ketika jarak antara mereka dan beruang itu hanya sekitar 20 meter, mereka pun segera mengeksekusi hewan buas tersebut. Peluru dari Heikichi berhasil menyasar tepat di jantung dan kepala Kesagake, beruang itu pun akhirnya tewas.

Setelah mereka mengukur bangkai Kesagake, beruang itu ternyata memiliki berat sekitar 340 kilogram dan tingginya sekitar 2,7 meter, usia Kesagake diperkirakan baru menginjak 7-8 tahun. Dan setelah bagian perutnya dibedah, petugas menemukan sisa-sisa tubuh korbannya.

Berakhirnya Teror Beruang Kesagake


Yayo yang sebelumnya mengalami luka di bagian kepala akibat insiden tersebut, kini telah pulih sepenuhnya, tetapi anak bungsunya yang bernama Miyouke Umekichi, dilaporkan tidak berhasil bertahan hidup setelah tiga tahun berjuang di rumah sakit. Odo, si penjaga satu-satunya yang ditinggalkan dirumah keluarga Miyouke, juga telah pulih dari cederanya dan sudah bisa kembali bekerja, tetapi pada musim semi berikutnya ia mengalami kecelakaan dan tewas.     (The What?)

Selanjutnya, beredar rumor di kalangan penduduk desa yang mengatakan, bahwa beruang tersebut merupakan jelmaan dari sosok iblis. Saking parahnya insiden ini, ceritanya bahkan sampai terdengar ke Istana Kekaisaran Jepang. 

Sankebetsu Rokusen-sawa kemudian berubah menjadi desa hantu, hal ini disebabkan karena satu-persatu penduduk mulai meninggalkan desa tersebut, karena mereka takut kalau insiden ini akan menimpa mereka lagi.

Mengenai karakter Kesagake yang begitu buas, banyak orang berpendapat bahwa beruang itu mungkin telah bangun lebih awal dari masa hibernasinya. Hewan yang baru saja berhibernasi akan merasa sangat kelaparan, ini menjelaskan karakternya yang tampak begitu agresif.

Berdirinya pemukiman di wilayah tersebut, juga telah mempersempit wilayah berburu para beruang disana. Sehingga mereka tidak mendapatkan makanan yang cukup untuk memenuhi perut mereka sendiri.


"Patung Kesakage yang dibuat berdasarkan skala aslinya. Helm tersebut diletakan disana sebagai sebuah perbandingan"


Show comments
Hide comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar