Kasus Goiânia Accident - Insiden Radioaktif yang Bersumber dari Alat Terapi Radiasi

By: Berawan Blogger - Oktober 19, 2023

Baca Juga

Daftar Isi [Tampilkan]

Ketika kita membahas tentang insiden yang menyangkut radiasi nuklir, nama "Chernobly" pasti langsung muncul didalam benak kita. Ya, sebuah PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) di kota itu mengalami kecelakaan, yang menyebabkan intinya meledak dan melepaskan radiasi nuklir dalam jumlah besar ke udara. Insiden ini telah menyebabkan 4.000 orang kehilangan nyawanya, yang diakibat karena terpapar radiasi nuklir yang cukup mematikan.

Tetapi tahukah Anda? Pada bulan September 1987, pernah terjadi insiden radiasi yang melanda sebuah kota kecil bernama Goiânia, Brasil. Lebih dari 100.000 orang penduduknya dilaporkan telah mengalami sakit parah akibat terpapar radiasi nuklir. 

Lantas, bagaimana bisa penduduk dari kota kecil yang bahkan berada jauh dari pembangkit listrik tenaga nuklir bisa terpapar radiasi nuklir?

Awal Mula Kasus Goiânia Accident


Semuanya bermula di suatu malam, pada tanggal 13 September 1987, ketika dua orang pria menyusup kedalam sebuah bagunan tua bekas rumah sakit. Diketahui bahwa bangunan tua itu merupakan bekas gedung Instituto Goiano de Radioterapia (IGR), yaitu sebuah institusi terapi kanker dengan menggunakan radiasi. Kemudian, bangunan itu dibiarkan terbengkalai, setelah institusi itu berpindah ke lokasi yang baru pada 1985.

Identitas dari dua orang pria yang tadi disebutkan adalah Roberto dos Santos Alves dan Wagner Mota Pereira, yang diketahui merupakan "pemulung" lokal, mereka berniat mencari beberapa barang yang mungkin masih tertinggal didalam gedung tersebut untuk kemudian dijual.

Seharusnya ada seorang penjaga yang bertugas untuk mengawasi bangunan tua tersebut. Tetapi dia tidak dapat bekerja pada malam itu karena suatu alasan. Dan dua orang pria tadi memanfaatkan kesempatan ini untuk menyusup kedalam.

Tidak lama setelah menelusuri bangunan itu, mereka akhirnya tiba di ruangan terapi dan menemukan sebuah unit teleterapi yang sudah usang. Karena benda tersebut sebagian besarnya terbuat dari logam, mereka pun memutuskan untuk mengangkutnya, lalu menjualnya kepada penadah rongsokan.

"Unit Teleterapi"

Satu hal yang tidak mereka ketahui adalah, pada bagian dalam unit teleterapi tersebut, terdapat sebuah kapsul yang berisikan senyawa Cesium Klorida atau Cesium-137. Senyawa ini tidak begitu beracun bagi manusia maupun hewan, tetapi bentuk radioaktifnya sangat amat berbahaya.

Jika diukur, radiasi yang terpancar dari kapsul tersebut dapat mencapai 4,56 gray per jam. Masalahnya, pancaran radiasi sebesar 2 gray saja sudah cukup untuk menimbulkan bahaya bagi tubuh, jika sudah terpapar selama beberapa jam.

Meskipun begitu, seharusnya kapsul tersebut masih dalam kondisi yang aman, karena senyawa Cesium-137 yang disimpan didalamya, masi terbungkus rapat oleh lapisan pelindung yang terbuat dari logam timah dan baja.

Akan tetapi, mereka malah berniat untuk membongkar dan mempreteli unit teleterapi tersebut di kediaman Roberto. Tentu saja keputusan ini akan menjadi sebuah bencana, yang akan menyebabkan kematian beruntun di kemudian hari.

Dimulainya Bencana Radiasi Goiânia


Hanya dengan bermodalkan peralatan seadanya, Roberto dan Wagner mempreteli unit teleterapi itu, dan mengeluarkan sebuah kapsul berbentuk silinder yang ada didalam unit tersebut.

Tanpa menunggu lama, Robert dan Wagner mulai merasakan gejala-gejala aneh pada tubuh mereka. Mereka berdua mulai merasakan pusing dan juga muntah-muntah. Hal yang tidak disadari oleh mereka berdua adalah gejala-gejala tadi merupakan efek dari terpapar zat radioaktif secara langsung. Meski sudah begitu, mereka tetap meneruskan kegiatan tersebut.

Pada hari berikutnya, gejala yang dirasakam oleh Wagner menjadi semakin parah, tangannya mulai membengkak dan mengalami luka bakar. Kemudian, Wagner memutuskan untuk berobat ke rumah sakit dan menyampaikan gejala yang dia rasakan ditubuhnya pada dokter. Namun,  dokter hanya mengira bahwa penyakitnya disebabkan karena alergi makanan, jadi dia menyuruhnya untuk pulang dan beristirahat (Nantinya, jari-jari Wagner terpaksa harus diamputasi).

Sementara itu, Roberto masih terus berusaha untuk membongkar kapsul yang tadi. Setelah beberapa saat, Roberto pun berhasil membongkar kapsul tersebut dengan menusuknya menggunakan sebuah obeng (Sama halnya seperti Wagner, tangan Roberto juga nantinya harus diamputasi). 

Kemudian, dia melihat cahaya biru terpancar keluar dari dalam kapsul itu. Merasa penasaran, dia mengambil sedikit "bahan" berbentuk butiran seukuran beras yang memancarkan cahaya, dari dalam kapsul itu. Pria itu hanya terkesima, tetapi dia sama sekali tidak mengetahui bahwa sinar yang terpancar dari bahan tersebut merupakan "Radiasi Cherenkov" yang hanya akan dihasilkan oleh pancaran radioaktif tingkat tinggi.

Ketika seseorang terpapar dengan radiasi Cherenkov, maka kemungkinan besar hidupnya tidak akan bertahan lama. 

"Radiasi Cherenkov"

Pada tanggal 18 September, Roberto memutuskan untuk menjual kapsul tersebut ke tempat penadah barang rongsokan. Devair Alves Ferreira, si pemilik dari tempat penadahan tersebut terkesima pada cahaya biru  yang terpancar dari dalam kapsul dan membelinya. Devair mengira kalau benda itu memiliki kekuatan gaib, dia pun segera membawa kapsul itu ke rumahnya. Selama 3 hari berikutnya, Devair mengundang keluarga dan juga teman-temannya untuk melihat benda itu.

Kemudian pada tanggal 21 September, salah seorang teman Devair berhasil mengeluarkan semua butiran Cesium Klorida dari dalam kapsul. Namun tanpa mengetahui apapun mengenainya, Devair malah membagikan butiran-butiran itu kepada keluarga dan teman-temannya.

Pada hari yang sama, istrinya yang bernama Maria Gabriela Ferreira (37 tahun), mulai merasakan gejala sakit.

Saudara Devair yang bernama Ivo juga tertarik kepada butiran bercahaya biru tersebut. Jadi, dia memintanya sedikit untuk dibawa pulang. Selanjutnya diketahui bahwa Devair telah menjual sisa-sisa dari kapsul tersebut (yang juga memancarkan radiasi) ke penadah rongsokan lain, pada tanggal 25 September.

Sementara itu dikediamannya, Ivo menaburkan butiran bercahaya biru tersebut di lantai. Lalu datanglah putri kecilnya yang bernama Leide das Neves Ferreira (6 tahun), yang langsung duduk sambil memakan sandwich telur. Dia juga sempat bermain-main dengan butiran tersebut dan mengoleskan butiran itu ke tubuhnya. Tentu saja butiran tersebut juga mengenai sandwichnya sehingga ikut termakan. Kemudian, gadis polos itu kemudian menghampiri ibunya untuk memamerkan bagian tubuhnya yang telah diolesi dengan butiran itu. Dan nantinya, gadis kecil yang malang itu akan mengalami nasib yang tragis karena radiasi.

Bahaya Mulai Terdeteksi


Orang pertama yang menyadari dampak buruk dari butiran bercahaya itu adalah Gabriela. Dia mulai menyadarinya ketika mengingat bahwa dirinya dan orang-orang mulai jatuh sakit setelah suaminya membawa pulang benda itu. Apalagi rambut Gabriela menjadi rontok tanpa sebab, membuat kecurigaanya semakin kuat.

Akhirnya, pada tanggal 28 September, Gabriela yang telah mendapatkan kembali sisa-sisa kapsul yang sempat dijual oleh suaminya, dan lantas membawa semua itu ke rumah sakit untuk di analisis. Dan di sanalah, semuanya akan terkuak.

Pada pagi hari, tanggal tanggal 29 September, seorang fisikawan medis menggunakan alat "pencacah sintilasi" untuk mengkonfirmasi adanya aktivitas radioaktif pada sisa-sisa kapsul tersebut. Hasilnya sangat mengejutkan, ternyata benda itu memancarkan radiasi yang sangat berbahaya!

Kemudian, dia langsung menghubungi otoritas setempat, dan membujuk mereka untuk segera mengambil tindakan. Sementara itu, pihak Pemerintah baru mengetahui kabar ini setelahnya.

Meskipun begitu, semuanya bisa dibilang sudah terlambat. Pasalnya, orang-orang yang telah terpapar radiasi cherenkov yang dipancarkan oleh butiran tersebut sudah telanjur jatuh sakit, bahkan ada yang sudah sekarat. Satu per satu dari mereka akhirnya meninggal dunia.

Admilson Alves de Souza diketahui sebagai korban meninggal pertama, dia adalah seorang pekerja di tempat penadahan rongsokan milik Devair. Pria malang itu dilaporkan telah menderita kerusakan pada paru-parunya, mengalami gagal jantung, serta pendarahan dalam. Admilson akhirnya meninggal dunia pada tanggal 18 Oktober.

Korban meninggal selanjutnya adalah dua orang anggota keluarga Ferreira, yaitu Leide das Neves Ferreira (putri kecil Ivo) dan Maria Gabriela Ferreira (Istri Deveira). Mereka diketahui terpapar radiasi sebesar 6 gray. Menurut pemeriksaan, hampir semua organ tubuh Leide mengalami kerusakan. Gadis malang itu dirawat di ruang isolasi, bahkan para dokter dan perawat di rumah sakit itu tidak berani untuk mendekatinya.

Apa yang dialami oleh Gabriela juga tidak kalah parahnya. Setelah rambutnya menjadi rontok akibat terpapar radiasi, muncul gejala lain yang lebih serius. Gabriela mengalami gagal ginjal, pendarahan dalam, bahkan dia sampai mengalami kepikunan sebab organ otaknya telah mengalami kerusakan. Hal itu juga dibuktikan dengan darah yang keluar dari matanya. Organ pencernaannya juga sudah rusak parah. Kondisi Gabriela semakin kritis setelah sekujur tubuhnya mengalami infeksi.

Gabriela dan Leide menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 23 Oktober, jasad Leide ditempatkan didalam sebuah peti khusus yang terbuat dari bahan fiberglass, serta dilapisi dengan timah tebal, semua itu dilakukan agar radiasi yang terpancar dari tubuhnya tidak menyebar keluar. Para warga lokal sempat memprotes proses pemakaman ini, sebab mereka takut kalau nantinya jenazah Leide akan mencemari lingkungan.

Korban meninggal yang selanjutnya adalah seorang pria yang juga bekerja di tempat rongsokan milik Deveira. Pemuda yang diketahui masih berusia 24 tahun itu bernama Israel Baptista dos Santos. Dia meninggal setelah mengalami kerusakan parah pada saluran pernapasan dan limpanya, tepatnya pada tanggal 27 Oktober.

Korban meninggal yang terakhir adalah Devair Ferreira dan juga saudaranya, Ivo Ferreira. Mereka berdua adalah korban dengan tingkat paparan radiasi tertinggi, yaitu sebesar 7 gray. Ajaibnya, mereka berhasil selamat dan bertahan hidup hingga bertahun-tahun. 

Namun, Devair dilaporkan meninggal pada tahun 1994, yang disebabkan karena depresi dan kecanduan alkohol. Sementara Ivo meninggal pada tahun 2003 akibat penyakit paru-paru kronis (Emphysema).

Setelah berita mengenai insiden radioaktif itu menyebar luas, seantero negara pun langsung heboh dibuatnya. Sementara itu, sekitar 130.000 orang penduduk kota Goiânia, bergegas mendatangi rumah sakit.

Tatkala para petugas mengarahkan alat geiger counter pada tubuh mereka, alat itu terus menyala tanpa henti. Hal ini menandakan bahwa mereka telah terpapar oleh radiasi berbahaya. Menurut laporan, ada sekitar 250 orang positif terpapar radiasi dengan tingkat yang cukup menghawatirkan.

Sebagian besar korban mengeluhkan gejala mual dan mutah-muntah, gangguan pencernaan, pusing kepala, dan juga kelelahan fisik. Mereka juga dilaporkan mengalami infeksi pada tangan, kaki, serta di beberapa bagian tubuh.

Kemudian, senyawa hexacyanoferrate (Prussian Blue) juga digunakan untuk mengobati para korban yang terkontaminasi. Hal ini bertujuan untuk menyerap dan menghilangkan kadar zat radioaktif pada tubuh mereka.

Selain itu, lebih dari 40 rumah penduduk lokal terpaksa harus diratakan dengan tanah, setelah dikonfirmasi terkontaminasi radiasi dalam tingkat yang berbahaya. Semetara itu, rumah-rumah lain yang tekontaminasi radiasi dalam tingkat yang rendah, seluruh lantainya harus disiram dengan cairan asam, cat yang menempel pada dinding rumah juga harus dikelupas semua, dan semua atapnya harus dicopot.

Pasca Goiânia Accident


Akibat insiden ini, Pemerintah Brazil mempertegas hukum mengenai sumber penyimpanan zat radioaktif di negara mereka.

Meskipun kondisi kota Goiânia telah berhasil dipulihkan. Tetapi para penduduknya terkena dampak sosial. Penduduk dari luar kota terpaksa menolak apa pun itu yang berasal dari kota Goiania, baik itu orang atau pun benda.

Terus, siapakah yang harus disalahkan atas teragedi ini? Tentu saja, pihak institusi lah yang disalahkan, sebab mereka dengan sengaja membiarkan benda berbahaya itu terbengkalai begitu saja. Setelah melalui sidang pengadilan, pihak institusi diwajibkan untuk membayar uang ganti rugi untuk setiap korban yang terpapar radiasi.

Sementara itu, Roberto dan Wagner yang diketahui telah mencuri kapsul radioaktif dari dalam bangunan tua itu malah dianggap tidak bersalah, sebab semua tindakan yang mereka lakukan didasarkan pada ketidaktahuan. 

Kapsul yang menjadi sumber radiasi juga telah diamankan oleh pihak militer, mereka juga telah memulai proses pembersihan zat radioaktif. Seluruh permukaan tanah di wilayah yang terkontaminasi oleh radiasi, harus segera digali dan dipindahkan ketempat lain. 

Tidak hanya itu, air seni para korban yang terkontaminasi juga harus diproses terlebih dahulu dengan resin penukar ion. Hal ini bertujuan agar air seni tersebut tidak mencemari lingkungan karena mengandung radiasi. Namun, perlu diketahui bahwa waktu paruh cesium-137 adalah 35 tahun, itu artinya butuh waktu selama 35 tahun sebelum tingkat radiasinya turun menjadi separuhnya.


Show comments
Hide comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar