Kasus Radium Girls: Kisah Tragis Gadis-Gadis Polos yang Menjadi Korban Keserakahan Korporat

By: Berawan Blogger - Oktober 21, 2023

Baca Juga

Daftar Isi [Tampilkan]

Radium Girls (Gadis-Gadis Radium) adalah julukan untuk para gadis pekerja pabrik yang keracunan zat radium, hal ini disebabkan karena pekerjaan mereka adalah mengecat dial jam menggunakan sebuah cat yang terbuat dari zat radium (zat ini bersifat radioaktif). Kasus ini terjadi di USA (Amerika Serikat) pada tahun 1917-an silam.

Pada masa itu pengetahuan tentang zat radioaktif masih terbilang minim dan para gadis yang bekerja di pabrik itu sama sekali tidak menyadari akan bahaya zat radium yang mereka gunakan untuk mengecat dial jam. Nantinya, gadis-gadis ini akan mengalami berbagai masalah kesehatan yang cukup mengerikan, rahang-rahang mereka akan terlepas dan penyakit kanker akan mengancam hidup mereka.

Lalu, bagaimana ini semua bisa terjadi kepada gadis-gadis malang itu?

Awal Mula Kasus Radium Girls


Radium merupakan unsur kimia yang ditemukan oleh dua orang fisikawan Prancis yang bernama Marie Curie dan Pierre Curie, pada tahun 1898. Penemuan ini telah membuat Marrie Curie memperoleh hadiah Nobel, dan popularitas radium pun jadi meningkat.

Sejak saat itu, para wirausahawan mulai melihat potensi bisnis dari sifat zat radium yang mampu mengeluarkan cahaya. Pada tahun 1908, Dr. Sabin Arnold von Sochocky berhasil menciptakan cat radioluminescent, yaitu cat berbahan dasar radium yang mampu menyala dalam kegelapan. 

Kemudian pada tahun 1914, Dr. Sabin Arnold von Sochocky bersama dengan Dr. George S. Willis mendirikan sebuah perusahaan yang bernama Radium Luminous Material Corporation. Pada awalnya, perusahaan ini memproduksi uranium yang diekstrak dari bijih karnotit, sebelum akhirnya beralih ke bisnis produksi cat radioluminescent, sekaligus menjual jasa pengaplikasiannya. Perusahaan ini kemudian mengalami perkembangan yang pesat, namanya pun diubah menjadi United States Radium Corporation (USRC) pada tahun 1917. Tidak lupa, mereka juga mematenkan produk cat radium buatan mereka dengan nama "Undark".

Tak lama kemudian, bisnis cat radium ini pun menjadi trend karena keunikannya, pesanan untuk mengecat dial pun meningkat pesat. Bahkan, demi memenuhi kebutuhan para konsumen, mereka sampai membangun tiga pabrik, pabrik-pabrik ini didirikan di negara bagian New Jersey, Illinois, dan Connecticut, Amerika Serikat.

Selanjutnya, perusahaan itu telah merekrut sekitar empat ribu orang pekerja, yang sebagian besarnya dari kalangan gadis-gadis muda (yang paling muda adalah 11 tahun). Di sana, mereka akan ditugaskan untuk mengecat dial jam dengan menggunakan cat radium yang bisa menyala dalam gelap.

Masing-masing dari pekerja akan menuangkan campuran catnya sendiri kedalam sebuah wadah kecil. Kemudian, mereka menggunakan kuas runcing yang terbuat dari bulu unta untuk mengoleskan cat radium pada dial jam.

"Dial jam yang telah dioles dengan cat radium"

Masalahnya adalah ujung kuas akan melebar setelah digunakan beberapa kali, dan karena beberapa dial jam yang mereka kerjakan sangat kecil, para mandor menginstruksikan mereka untuk menggunakan bibir mereka guna meruncingkan ujung kuas kembali. Ketika mereka bertanya, "Apakah zat tersebut tidak berbahaya?", para mandor meyakinkan mereka bahwa zat tersebut aman dan mereka tidak perlu khawatir.

Tentu saja, hal itu tidaklah benar. Sebab radium termasuk zat yang sangat berbahaya, terutama jika terpapar zat tersebut berulang kali. Penemunya sendiri, yaitu Marie Curie, diketahui menderita luka bakar karena terpapar radiasi yang dipancarkan oleh zat radium, dan dia pun akhirnya meninggal karena kanker.

Bayaran para pengecat radium saat itu adalah satu setengah sen per dial jam. Jadi, para gadis pekerja itu pun menggunakan cara kerja yang diinstruksikan oleh mandor mereka, karena prosesnya lebih cepat, dan pendapatan yang mereka peroleh juga akan lebih tinggi. Hal yang tidak mereka sadari adalah sifat asli dari zat radium yang mereka gunakan. 

Di sisi lain, para ahli kimia yang dipekerjakan di pabrik itu juga terlihat memakai peralatan pelindung yang lengkap agar tetap aman. Namun, para gadis pekerja yang polos itu dibiarkan begitu saja tanpa diberikan peralatan keamanan. Bahkan, mereka kadang sengaja bermain-main dengan cat radium, seperti mengoles bibir, hingga mengecat kuku dan gigi mereka dengan cat radium. Mengingat gadis-gadis itu juga sering menjilat ujung kuas agar tetap runcing, maka zat radium tersebut juga jadi tertelan kedalam tubuh mereka.

Selain itu, tubuh mereka juga sering terpapar debu radium dari pabrik tersebut. Beberapa area tubuh mereka yang sering terpapar debu radium adalah tangan, wajah, di pakaian luar dan dalam, dan bahkan tubuh bagian dalam. Hal itu membuat tubuh mereka seolah dapat bersinar dikegelapan, mereka pun mendapat julukan "Ghost Girls" karenanya.

Semua hal yang telah disebutkan tadi nantinya akan membawa petaka kepada gadis-gadis itu.

Korban Kasus Radium Girls Mulai Berjatuhan


Pada tahun 1922, salah seorang gadis pekerja yang bernama Mollie Maggia, mulai mengeluhkan beberapa gejala. Pada mulanya, dia hanya merasakan sakit gigi yang ekstrim. Dia pun memutuskan untuk pergi ke dokter gigi, dimana si dokter kemudian mencabut gigi yang sakit. Tak lama kemudian, dia mulai merasa sulit berjalan sebab dia merasa persendiannya teramat sakit. Ketika mengeluhkan sakitnya kepada dokter, sang dokter hanya mengira bahwa ia menderita penyakit reumatik, dan dia hanya merekomendasikan Mollie untuk meminum obat penahan rasa sakit.

Namun pada hari-hari berikutnya, bukan hanya dia tidak merasa  lebih baik, rasa sakitnya malah menjalar ke ke setiap gigi Mollie. Sehingga dia terpaksa merelakan semua giginya untuk dicabut. Tetapi dalam salah satu prosedur, tatkala dokter tengah memeriksa gusinya, dia menemukan ada sesuatu yang tidak beres pada tulang Mollie, itu berwarna abu-abu dan pucat. Saat sang dokter melanjutkan pemeriksaan, tiba-tiba tulang rahang Mollie terlepas begitu saja.

Pada titik ini, Mollie sebenarnya telah mengalami suatu gangguan kesehatan yang disebut sebagai "Radium jaw" (Rahang Radium). Ini merupakan gejala khas yang akan dialami oleh mereka yang terkontaminasi oleh zat radioaktif tersebut.

Mollie Maggia akhirnya meninggal pada tanggal 12 September 1922, setelah tumor yang dideritanya menyebabkan pembuluh darah jugularisnya rusak, sehingga membanjiri tenggorokan dengan darahnya sendiri, yang mana membuat dia tersedak sampai mati. Dan begitulah, hidup Mollie Maggia berakhir pada usia 24 tahun.

Apa yang telah dialami oleh Mollie ternyata juga dialami oleh teman-temannya yang lain. Salah satunya adalah Grace Fryer, dia mengeluhkan rasa sakit teramat sangat pada bagian tulang belakangnya, ia bahkan tak mampu berdiri tegak lagi karena hal itu. Gadis-gadis lain yang bekerja di pabrik itu juga mulai menunjukkan gejala sakit yang sama. Tulang-tulang mereka juga menjadi sangat rapuh dan mudah sekali patah atau terlepas dari sendinya. Banyak di antara gadis-gadis yang telah kehilangan rahang mereka dan tidak hanya itu, mereka juga menderita penyakit "sarkoma" atau sejenis kanker, yang mana sebuah tumor akan terbentuk pada bagian tertentu di tubuh mereka.

Perjuangan Radium Girls


Karena takut akan mengalami hal yang sama dengan rekan-rekannya, Grace dan gadis-gadis radium lain mulai menuntut pertanggungjawaban kepada perusahaan tempat mereka bekerja, yaitu USRC. Akan tetapi, pihak USRC malah menolak untuk bertanggung jawab atas apa yang gadis-gadis itu alami, mereka malah balik menuduh dengan mengatakan bahwa, gejala-gejala yang muncul pada gadis-gadis itu serta penyebab kematian Mollie disebabkan karena penyakit sifilis. Mereka juga menyebut gadis-gadis itu berhubungan seks bebas, sehingga mereka terinfeksi oleh penyakit kelamin, benar-benar tuduhan yang sangat kejam. Namun, gadis-gadis itu juga tak mampu berbuat banyak, sebab mereka memang tidak mampu untuk membuktikan bahwa gejala-gejala yang mereka alami disebabkan oleh keracunan zat radium.

Namun, dengan semakin bertambahnya korban yang berjatuhan, pihak USRC sepertinya mulai tak mampu lagi untuk menutupi kasus ini. Apalagi setelah salah seorang ahli kimia mereka, yaitu Dr. Edwin E. Leman dikabarkan telah meninggal dunia, kemudian diikuti oleh kematian Dr. Sabin A. Von Sochocky (sang penemu cat radium itu sendiri) mereka berdua diketahui mengalami gejala sakit yang sama seperti yang dialami oleh gadis-gadis radium sebelum mereka meninggal.

Pada tahun 1925, seorang ahli patologi yang bernama Harrison Martland, melakukan penyelidikan terkait hubungan antara gejala-gejala yang dialami oleh gadis-gadis itu dengan radium, sehingga serangkaian tes pun dilakukan. Hasilnya adalah, dia menemukan keterkaitan kuat antata radium dengan gejala-gejala yang dialami oleh gadis-gadis itu.

Setelah mendapatkan bukti ilmiah dari hasil penelitian Harrison Martland, gadis-gadis radium itu pun menguatkan tekat untuk membasa kasus ini ke meja hijau. Tetapi sayang, tak ada satu pun pengacara yang mau membantu mereka untuk mengusut kasus ini dengan berbagai macam alasan. Sungguh naas memang.

Pada tahun 1927, seorang pengacara muda yang bernama Raymond Berry akhirnya setuju untuk membantu menangani kasus mereka. Tetapi laporan mereka dianggap telah melewati batas undang-undang mengenai masalah pengaduan, yakni 2 tahun. Kasus ini kemudian menjadi populer setelah menarik perhatian media-media terkemuka. Kasus tersebut semakin dikenal luas oleh publik, dan isu mengenai keamanan radium terus menjadi berita utama. 

Sudah ada 16 orang yang menjadi meninggal akibat keracunan radium pada tahun 1928. Selain itu, banyak dari gadis-gadis radium yang hidupnya telah divonis tidak akan bertahan lama lagi, mereka pun terpaksa menerima penyelesaian kasus ini di luar pengadilan. Dan USRC terus menyangkal semua tuduhan yang dilontarkan kepada mereka.

Barulah pada tahun 1938, salah seorang gadis radium yang sekarat bernama Catherine Wolfe Donohue, sukses melancarkan segala tuntutan kepada pihak USRC. Perusahaan itu akhirnya mengakui semua kesalahan mereka dan bersedia membayar uang ganti rugi sebesar "sepuluh ribu dolar" kepada setiap gadis radium yang telah menjadi korban keganasan zat radioaktif tersebut.

Kasus yang telah dialami oleh gadis-gadis radium juga telah menginisiasi pembentukan Occupational Safety and Health Administration (OSHA), yakni suatu badan federal di Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, yang mengatur tentang hak keselamatan dan kesehatan kerja. 

Peraturan yang telah ditetapkan oleh OSHA juga banyak diterapkan di berbagai negara sebagai standar kesehatan dan keselamatan kerja, bahkan di Indonesia sendiri juga demikian. Hal ini diharapkan agar para perusahaan memenuhi hak kesehatan serta keselamatan para pekerjanya, dan juga demi mencegah kasus yang telah dialami gadis-gadis radium itu tidak terulang kembali

Seberapa Bahaya Zat Radium Bagi Tubuh Manusia?


Tubuh manusia ternyata tidak mampu membedakan antara zat radium dan zat kalsium. Ketika zat radium masuk kedalam tubuh seseorang, hanya sekitar 80% dari zat tersebut yang keluar melalui kotoran, sedangkan 20% sisanya akan masuk kedalam aliran darah dan bersaing dengan kalsium untuk menempati tulang. Saat jumlah radium didalam tulang sudah menumpuk, saat itulah tulang-tulang kita akan menjadi rapuh dan memiliki banyak lubang. Dan setelah beberapa waktu, tulang akan mulai mengalami pembusukan.

Selanjutnya, tubuh akan merasakan kelelahan yang parah, gigi mulai rontok satu per satu, dan terkadang membusuk. Namun, ketika gigi itu dicabut, gusinya tidak akan pernah sembuh. Pada beberapa kasus, tulah rahang terlepas dari tempatnya, kulit jadi mudah terluka (meskipun dengan sentuhan biasa). Radium juga sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup janin. Terpapar zat radium selama bertahun-tahun juga dapat menyebabkan peningkatan risiko timbulnya penyakit kanker, terutama kanker paru-paru dan sarkoma. 

Show comments
Hide comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar