Into The Wild: Kisah Tragis Chris McCandless yang Tewas Karena Kelaparan

By: Berawan Blogger - Oktober 04, 2023

Baca Juga

Daftar Isi [Tampilkan]

Sekitar 31 tahun yang lalu, yaitu pada tanggal 6 September 1992, para pemburu rusa dibuat terkejut ketika mereka hendak beristirahat setelah lelah melakukan perburuan. Hal itu dikarenakan mereka menemukan jasad dari seorang pria yang sudah dalam kondisi membusuk. Jasad tersebut berada didalam sebuah bus tua, yang diketahui merupakan tempat beristirahat bagi para pemburu.

Identitas dari jasad tersebut kemudian diketahui sebagai Christopher McCandless, dan setelah dilakukan penyelidikan terhadap barang-barang miliknya yang ditemukan di TKP, sepertinya McCandless telah meninggal selama sembilan belas hari. 

Lalu, siapa sebenarnya Christopher McCandless? Apa yang sedang dilakukannya di tempat itu? Dan bagaimana ia bisa meninggal ditempat tersebut?

Latar Belakang Christopher McCandless


Christopher Johnson McCandless lahir di Inglewood, California, pada tanggal 12 Februari 1968. Dia merupakan anak tertua dari pasangandan Walter "Walt" McCandless dan Wilhelmina Marie "Billie" McCandless. Chris McCandless diketahui memiliki seorang saudari yang bernama Carine, serta enam saudara tiri dari pernikahan pertama Ayahnya. 

Keluarga McCandless pindah ke Annadale, Virginia, pada tahun 1976, dimana Ayahnya kemudian bekerja sebagai seorang spesialis antena untuk National Aeronautics and Space Administration (NASA). Sementara Ibunya bekerja sebagai sekretaris untuk Hughes Aircraft. Keluarga McCandless juga sukses membangun bisnis konsultasi. Jadi, bisa dibilang kalau Chris McCandless berasal dari "keluarga berada". Walaupun, itu semua belum tentu menjamin kebahagiaan Christopher dan saudarinya.

Carine McCandless pernah menyatakan didalam bukunya yang berjudul "The Wild Truth" bahwa orang tuanya kerap melakukan kekerasan fisik dan verbal terhadap mereka. Menurut Carine, hal itu lantaran dipicu oleh kebiasaan ayah mereka yang alkoholik.

Christopher McCandless merupakan seseorang yang unggul dalam bidang akademis. Dia berhasil lulus dari Universitas Emory pada bulan Mei 1990, dimana ia memperoleh gelar sarjana di jurusan sejarah dan antropologi. 

Setelah lulus, ia memutuskan untuk menyumbangkan tabungan kuliahnya sebesar $24.000 kepada Oxfam (organisasi yang memiliki tujuan untuk menghapus kemiskinan) dan lebih suka mengadopsi gaya hidup seorang gelandangan. Chris akan bekerja jika memang diperlukan, dan diketahui bahawa dia pernah bekerja sebagai pelayan restoran dan juga buruh tani. 

Chris McCandless gemar melakukan aktifitas di alam bebas, seperti melakukan perjalanan panjang di alam bebas atau mengayuh sampan di sebagian Sungai Colorado.

Kemudian pada bulan April 1992, Chris McCandless diketahui menumpang dari Carthage, South Dakota ke Fairbanks, Alaska.

Kemudian, dia kembali melanjutkan perjalanan dengan menumpangi sebuah mobil yang dikendarai oleh tukang listrik lokal bernama Jim Gallien, yang kala itu sedang melakukan perjalanan keluar wilayah Fairbanks.

Dan kepada Jim, dia memperkenalkan dirinya sebagai "Alex" yang sebenarnya merupakan sebuah nama samaran. Kemudian, dia meminta tolong kepada Gallien untuk memberinya tumpangan ke Taman Nasional Denali yang terletak di barat daya, saat itu dia mengaku bahwa dia ingin mendaki dan tinggal di alam bebas selama beberapa bulan.

Karena Jim merupakan seorang penduduk lokal, tentunya dia sudah tahu seluk beluk hutan Alaska, dan bahkan hanya dengan melihat saja, Gallien sudah memiliki keraguan akan kemampuan McCandless untuk bertahan hidup di alam liar. Apalagi peralatan yang dibawanya dinilai tidak cukup untuk bertahan hidup di alam liar, belum lagi dia sempat mengatakan akan tinggal selama beberapa bulan. 

Karena merasa khawatir, Gallien pun berusaha untuk membujuk anak muda yang naif itu supaya mempertimbangkan kembali rencana petualangannya, dia bahkan sempat menawarkan untuk mengantar Chris ke Anchorage dan membelikannya peralatan yang lebih layak.

Namun, dia bersikeras kepada Gallien bahwa dia akan baik-baik saja. Padahal, saat itu dia hanya membawa ransel ringan, beberapa kilogram beras, dan sebuah senapan semi-otomatis model Remington. Parahnya lagi, McCandless tidak membawa kompas, dan malah meninggalkan arlojinya serta satu-satunya peta yang dia bawa di dalam truk Gallien. Meski saat itu, Gallien sempat memberikannya sepasang sepatu bot merek Xtratuf, sekantung keripik jagung, dan  dua potong sandwich.

Chris McCandless diketahui turun dari mobil Gallien di ujung Stampede Trail, dekat sebelah barat taman, pada tanggal 28 April 1992. Sebelum memasuki hutan belantara, dia menyerahkan kameranya kepada Gallien dan memintanya untuk mengambil gambar dirinya (Baik bener si Gallien).


Dan, itulah saat terakhir Christopher McCandless terlihat dalam keadaan hidup.

Bertahan Hidup di Hutan Alaska yang dingin


Chris McCandless kini sudah memasuki hutan, dimana ia mendaki melalui Stampede Trail yang tertutup oleh salju. Dalam perjalanannya, ia sempat menemukan sebuah bus tua terbengkalai. Bus tua itu bercat hijau dan putih yang telah terkelupas dari bagian samping, semua ban sudah kempes, dan sudah mulai ditumbuhi oleh lumut serta tanaman liar.


Pada akhirnya, dia memutuskan untuk berhenti setelah berjalan sekitar 20 mil, karena semak belukar di hutan Alaska yang begitu lebat telah menghalangi jalannya. Padahal, ia berencana untuk mendaki lebih jauh lagi ke arah barat menuju ke Laut Bering. Chris lalu kembali ke tempat ia menemukan bus tua, kemudian menjadikan bus itu sebagai tempat berkemah. Nantinya, dia juga akan menulis catatan harian selama ia berkemah disana.

Chris McCandless akan berkemah di bus itu selama kurang lebih 16 minggu. Hidup di alam liar tentunya akan dipenuhi dengan kesulitan, terlebih dengan peralatan yang bisa dibilang tidak mencukupi. Walaupun Chris memang mengalami beberapa kesulitan pada minggu pertamanya, dia secara bertahap dapat menyesuaikan diri dengan gaya hidup barunya itu.

Berdasarkan catatan harian miliknya, dia bertahan hidup dengan perbekalan yang tadi ia bawa. Tidak hanya itu, ia juga mencari tanaman lokal yang dapat dimakan serta memburu beberapa jenis hewan, seperti landak, tupai,  kelinci, dan angsa. 

Pada tanggal 9 Juni 1992, ia bahkan berhasil memburu seekor rusa. Namun, daging rusa itu akhirnya membusuk, karena ia gagal mengawetkannya.

Keputusan Untuk Kembali ke Peradaban


Setelah tinggal di hutan selama lebih dari dua bulan, Chris McCandless akhirnya memutuskan untuk kembali ke peradaban. Dia mulai mengemasi peralatan kemahnya dan mulai melakukan perjalanan kembali tepat pada tanggal 3 Juli.

Namun sayang, permukaan beku Sungai Teklanika yang sebelumnya dia lewati, kini telah mencair. Ditambah lagi dengan gelombang luapan air yang dipicu oleh gletser Cantway, membuat sungai tersebut benar-benar mustahil untuk dilewati.

Sebenarnya, di area tersebut terdapat semacam tram yang dapat digunakan untuk menyebrangi sungai. Akan tetapi, karena jaraknya yang lumayan jauh dari tempat Chris berada, dia jadi tidak menyadari keberadaan fasilitas tersebut.

Bahkan seandainya Chris tidak jadi menyebrang, masih terdapat sebuah kabin yang penuh dengan suplai persediaan dan makanan yang letaknya sekitar enam mil ke arah selatan dari tempatnya berkemah, tempat itu telah ditandai di sebagian besar peta wilayah itu.

Chris McCandless yang sama sekali tidak mengetahui keberadaan dua fasilitas tersebut, akhirnya memilih untuk bertindak sesuai insting, yaitu kembali ke bus tua tempat dia berkemah sebelumnya. 

Dan dimulai dari titik ini, entri catatan hariannya akan diisi dengan pengalaman-pengalaman yang lebih kelam, seperti : 

"... Sungai tampak mustahil untuk dilalui. Aku merasa kesepian, mungkin juga merasa ketakutan karena aku tidak bisa pulang."

Meski dia terus memburu hewan dan mencari tanaman yang bisa dimakan, dia malah semakin melemah karena semua itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori pada tubuhnya. Apalagi dia terus melakukan banyak aktifitas selama tiga bulan di hutan Alaska.

Kemudian, ia membuat catatan S.O.S pada bus tersebut yang berbunyi:

"Perhatian kepada Calon Pengunjung. S.O.S. Aku membutuhkan bantuanmu. Aku terluka, hampir mati, dan tubuhku terlalu lemah untuk mendaki. Aku hanya seorang diri, ini bukan sebuah lelucon. Demi Tuhan, tolong selamatkan aku. Aku sedang mengumpulkan buah beri di sekitar sini dan akan kembali malam ini. Terima kasih, Chris McCandless. Agustus?"

Entri terakhir yang dia tuliskan dalam catatan hariannya pada hari ke-107  bertuliskan seperti ini:

"Blueberry yang indah."

Setelah hari itu, dia mulai berhenti menulis catatan harian. Menurut dugaan, dia mungkin masih bertahan hidup hingga hari ke-113.

Meskipun tidak bisa dipastikan kapan dia meregang nyawa. Namun yang pasti, saat mendekati akhir hayatnya, McCandless sempat mengambil foto dirinya yang sedang melambaikan tangan sambil memegang sebuah catatan yang bertuliskan:

"Aku sudah menjalani kehidupan yang bahagia dan aku berterima kasih kepada Tuhan. Salamat tinggal dan semoga kita Tuhan memberkati kita semua!"

Singkat cerita, pada hari ke-132 atau lebih tepatnya pada tanggal 6 September 1992, ketika sekelompok pemburu memutuskan untuk bermalam didalam bus tua itu. Kemudian, mereka mencium bau tidak sedap yang mereka kira berasal dari makanan busuk, tetapi malah menemukan jasad McCandless yang sudah dalam kondisi membusuk di dalam kantung tidurnya.

Teori Penyebab Kematian Chris McCandless


Selama beberapa dekade, penyebab kematian Chris McCandless telah menjadi perdebatan. Beberapa orang berasumsi bahwa penyebab dia tewas adalah murni karena kelaparan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa persediaan beras yang dia bawa memang terbilang sedikit, karena kekurangan sumber kabohidrat, maka semakin sulit baginya untuk memulihkan energi, apalagi dia harus terus mencari makanan dan berburu setiap harinya.

Namun, Seorang jurnalis bernama Jon Krakauer memiliki pendapat lain. Krakauer meyakini bahwa McCandless mungkin saja telah memakan biji tanaman Hedysarum alpinum yang mengandung racun. Pendapatnya itu didasarkan pada catatan harian milik McCandless yang didalamnya terdapat rincian mengenai sumber makanannya selama dihutan.

Pada tahun 2015, Krakauer pernah menjadi co-author dalam penelitian dan analisis ilmiah mengenai biji Hedysarum alpinum yang dimakan oleh McCandless. Hasilnya adalah terdapat kadar zat kimia beracun yang disebut sebagai L-canavanine, yaitu suatu zat antimetabolit yang beracun bagi mamalia. Kandungan zat tersebut pada biji Hedysarum alpinum ternyata relatif tinggi.

Bagi mereka yang masih sehat secara fisik, biji tanaman tersebut mungkin saja tidak begitu membahayakan, sebab racun yang terkandung didalamnya masih bisa dinetralisir oleh asam lambung dan bakteri pencernaan yang hidup di usus. Namun, bagi McCandless yang semakin hari fisiknya semakin melemah karena kekurangan asupan nutrisi, sehingga sistem pencernaannya menjadi terlalu lemah untuk menetralisir racun dari biji tersebut.

Dan masih banyak lagi teori keracunan lainnya yang telah dikemukakan. Namun, tak ada satupun yang bisa menjadi penjelasan pasti.

Peninggalan Chris McCandless


Bus tua bercat hijau dan putih yang pernah ditinggali McCandless telah menjadi tujuan destinasi yang populer di kalangan para hiker, yang kemudian dikenal dengan nama "Magic Bus".

Bus tersebut diketahui merupakan model International Harvester K-5 yang diproduksi pada tahun 1946. Menurut beberapa sumber, bus tersebut ditinggalkan oleh seorang pekerja konstruksi jalanan pada tahun 1961 di Stampede Trail.  Sebuah plakat untuk mengenang Chris McCandless telah ditempelkan di bagian dalam bus tersebut oleh sang Ayah. 

Karena kepopuleran dari bus tersebut. Banyak orang mencoba untuk mendatangi dan berkemah di bus tersebut. Setidaknya ada 15 orang yang harus diselamatkan setelah mengalami kesulitan dan dua orang lainnya kehilangan nyawa saat mencoba untuk menyeberangi Sungai Teklanika. 

Sehingga pada tanggal 18 Juni 2020, Bus tua itu akhirnya dipindahkan menggunakan helikopter CH-47 Chinook ke daerah Healy, kemudian diangkut menggunakan truk dengan bak terbuka ke lokasi yang dirahasiakan. 

Selanjutnya pada tanggal 24 September 2020, diketahui bahwa Museum of the North di Universitas Alaska Fairbanks telah merestorasi dan memamerkan bus tersebut di luar ruangan.

Dan didalam kamera yang ditinggalkan oleh Chris McCandless berisi lusinan foto dirinya yang dia ambil sendiri.

Kita bisa melihat dengan jelas perubahan yang terjadi pada fisik McCandless bila foto-foto tersebut dijajarkan. Tubuhnya semakin hari semakin kurus dan tampak lemah, meskipun dia selalu berusaha untuk terus tersenyum meski hidup dalam kesendirian.

Kisah hidup McCandless pada akhirnya diabadikan dalam sebuah film layar lebar yang dirilis pada tahun 2007, film tersebut berjudul "Into The Wild" yang naskahnya dibuat berdasarkan sebuah buku yang ditulis oleh Jon Krakauer dengan judul yang sama.

Show comments
Hide comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar