Carnian Pluvial Event - Ketika Bumi Diguyur Hujan Deras Selama 2 Juta Tahun!

By: Berawan Blogger - Oktober 22, 2023

Baca Juga

Daftar Isi [Tampilkan]

Hujan adalah fenomena alam yang telah ada selama miliaran tahun di Bumi. Ini adalah siklus air yang berjalan terus-menerus, yang memungkinkan kehidupan di planet ini untuk berkembang dan bertahan. Tetapi, bagaimana jika hujan terus mengguyur bumi selama dua juta tahun tanpa henti? Sangat mengerikan tentunya, sebab hujan selama satu hari disebuah kota saja sudah membuatnya tergenang banjir besar, bayangkan jika hujannya berlangsung selama jutaan tahun!

Sejak awal terbentuknya, Bumi telah mengalami serangkaian peristiwa besar yang menjadi awal dari terbentuknya lingkungan dan kehidupan yang kita kenal saat ini. Salah satu peristiwa yang paling menarik adalah Peristiwa Pluvial Carnian, yang terjadi selama periode Trias Awal, sekitar 234 juta tahun yang lalu. Dan pada masa inilah, Bumi akan diguyur hujan selama hampir dua juta tahun lamanya.

Zaman Sebelum Carnian Pluvial Event


Zaman Precambrian (Pra-Kambrium) merupakan zaman pertama, yang dimulai dari saat terbentuknya Bumi pada sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu hingga awal Periode Cambrian, yaitu pada saat makhluk bercangkang keras pertama kali muncul dalam jumlah yang banyak. Menurut "Teori Evolusi" kehidupan pertama dibumi muncul pada pertengahan zaman Precambrian. Hal ini didasarkan pada penemuan fosil bakteri yang berusia 3 miliar tahun.

Zaman kedua disebut sebagai Palaeozoic (Zaman Palaezoikum), masa ini dimulai pada awal Periode Cambrian, yakni sekitar 538,8 juta tahun yang lalu  dan berakhir pada awal Era Mesozoikum (Mesozoic). Zaman Palaeozoic ini dibagi menjadi beberapa periode, yaitu periode Cambrian, periode Ordovician, periode Silurian, periode Devonian, periode Carboniferous, dan periode Permian.

Setelah Zaman Palaezoic berakhir, maka dimulailah zaman berikutnya yang disebuat sebagai Zaman Mesozoic (Mesozoikum) yang dimulai sekitar 251.902 tahun yang lalu. Zaman ini disebut juga sebagai "Zaman Reptil", sebab pada zaman inilah, kehidupan di darat mulai berkembang, sehingga bermunculan makhluk prasejarah yang sekarang kita kenal sebagai "Dinosaurus". 

Zaman Mesozoic dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode Triassic, periode Jurassic, dan periode Cretaceous. Menurut penelitian, Carnian Pluvial Event terjadi pada periode Triassic. 

Bermulanya Carnian Pluvial Event


Carnian Pluvial Event mendapat namanya dari kata "pluvial," yang berarti hujan, karena salah satu karakteristik utamanya adalah peningkatan curah hujan yang drastis. Peristiwa ini berlangsung dari sekitar 234 hingga 232 juta tahun yang lalu, yang mana telah terjadi peningkatan curah hujan yang drastis, sehingga Bumi menjadi lebih hangat dan lebih lembab.  Hal ini menyebabkan perubahan lingkungan yang luas dan kemudian diikuti dengan kematian dan kemudian runtuhnya banyak sistem ekologi. Asal-usul peristiwa ini masih menjadi subjek penelitian aktif di kalangan ilmuwan.

Pada awal periode Triassic, bentuk permukaan planet Bumi tidaklah sama seperti yang kita kenal pada masa kini, karena saat itu daratan belum terbagai menjadi lima benua. Seluruh daratan di permukaan bumi masih menyatu dan membentuk supercontinent (superbenua) yang dikenal dengan nama "Pangaea". Nama Pangaea berasal dari kata "Pan" yang diartikan sebagai "keseluruhan" dan "Gaia" (Dewi Bumi dalam mitologi Yunani). Selain itu, lautan juga belum terbagi menjadi empat samudra seperti sekarang ini, namun hanya ada satu lautan tunggal yang disebut Samudra Tethys (namanya diambil dari nama istri dewa lautan, yaitu Poseidon).

"Superbenua Pangaea"

Karena Pangaea menjadi satu-satunya daratan superluas yang ada pada saat itu, udara basah yang berhembus dari lautan tidak mampu mencapai area dalam dari daratan tersebut. Hal inilah yang membuat iklim di Pangaea begitu kering kerontang, dan gurun panas membentang mendominasi daratan tersebut.

Pada saat itu, makhluk hidup darat yang mendiami Superbenua Pangaea memiliki bentuk yang sangat aneh, misalnya saja Kannemeyeriiform dan Hyperodapedon, yang keduanya merupakan hewan herbivora (pemakan tumbuhan). Selain itu, dinosaurus darat yang hidup pada masa itu merupakan jenis yang berukuran kecil, misalnya Eoraptor dan Archosaur. Tetapi, bagaimana bisa makhluk hidup darat pada saat itu dapat bertahan pada iklim sepanas itu? karena makhluk-makhluk darat pada zaman itu di dominasi oleh reptil berdarah dingin, yang mampu beradaptasi dengan suhu kering.

Namun pada suatu waktu, terjadilah letusan gunung-gunung berapi yang disebut sebagai "Wrangellia" (saat ini merupakan wilayah Kanada dan Alaska). Letusan-letusan itu telah memicu pelepasan gas-gas rumah kaca seperti CO2 (karbondioksida) dan CH4 (Metana) ke atmosfir bumi. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang drastis, dan iklim panas berubah seketika menjadi iklim basah dan lembap, hujan pun mulai mengguyur Superbenua Pangaea selama bertahun-tahun lamanya. Peristiwa inilah yang tadi kita sebut sebagai "Carnian Pluvial Event" atau CPE.

Proses terjadinya peristiwa CPE sebenarnya mirip dengan peristiwa "Global Warming" yang terjadi pada masa sekarang. Gas-gas rumah kaca seperti C02 dan Metana yang terlepas ke atmosfir Bumi selama peristiwa ledakan gunung-gunung telah memicu terjadinya global warming pada masa itu.

Lalu, apa yang terjadi pada makhluk hidup yang ada di Pangaea pada saat itu? Bagaimana cara mereka menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim yang terjadi secara tiba-tiba? Sayang sekali, ternyata peristiwa CPE telah menyebabkan kepunahan massal makhluk hidup penghuni daratan Pangeae pada waktu itu, karena kebanyakan dari mereka telah beradaptasi dengan iklim kering.

Tidak hanya makhluk darat saja, bahkan makhluk air penghuni lautan juga banyak yang mengalami kepunahan. Penyebabnya adalah karena selama peristiwa CPE terjadi, air laut telah menyerap gas C02 dalam jumlah yang sangat banyak, hal tersebut telah memicu terjadinya proses "acidifikasi air laut" atau pengasaman air laut, yang tentu saja akan menyebabkan kepunahan massal para penghuni laut kala itu.

Hal yang menarik adalah para dinosaurus yang hidup di zaman itu ternyata mampu bertahan dari peristiwa CPE. Alasannya karena dinosaurus merupakan hewan berdarah panas, artinya mereka bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri (homoiotermik). Sedangkan, makhluk hidup darat selain dinosaurus yang hidup pada masa itu merupakan jenis hewan reptil, yang mana merupakan hewan berdarah dingin (poikilotermik).

Peristiwa Pluvial Carnian memiliki dampak besar pada lingkungan Bumi dan evolusi makhluk hidup pada saat itu.

  • Perubahan Iklim: Peningkatan suhu global dan curah hujan yang tinggi mengakibatkan perubahan drastis pada iklim di planet Bumi, yang berdampak pada pola cuaca, air, dan vegetasi.
  • Ekosistem Laut: Efek dari perubahan iklim ini tidak hanya terbatas pada daratan saja. Lautan juga terpengaruh, dengan peningkatan nutrien di air laut yang mendukung pertumbuhan plankton. Ini mengakibatkan perubahan besar pada ekosistem laut. Dengan pertumbuhan fitoplankton yang melimpah, ekosistem laut berubah secara signifikan. Hewan laut yang memakan plankton mengalami ledakan populasi, yang pada gilirannya memengaruhi organisme tingkat lebih tinggi dalam rantai makanan.
  • Evolusi Makhluk Hidup: Peristiwa Pluvial Carnian juga berdampak pada evolusi makhluk hidup pada saat itu. Perubahan ekosistem dan lingkungan memungkinkan evolusi dan adaptasi berbagai spesies, termasuk reptil dan amfibi.
  • Pergeseran Massa: Ada bukti bahwa banyak spesies yang mendominasi ekosistem sebelum peristiwa ini mengalami kepunahan, dan spesies-spesies baru muncul setelahnya. Ini dapat dianggap sebagai salah satu contoh pergeseran massa dalam evolusi makhluk hidup.

Akhir dari Carnian Pluvial Event


Peristiwa Pluvial Carnian berakhir dengan berbagai faktor yang mengembalikan iklim dan lingkungan ke kondisi yang lebih stabil. Meskipun tidak ada penjelasan yang pasti atau konsensus ilmiah tentang cara persisnya peristiwa ini berakhir, beberapa faktor yang mungkin telah berperan dalam mengakhiri peristiwa Pluvial Carnian termasuk:

Reduksi Aktivitas Vulkanik: Aktivitas vulkanik yang intens adalah salah satu penyebab utama peristiwa ini. Perlahan-lahan, letusan gunung berapi dan pelepasan gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) ke atmosfer mungkin berkurang. Ini bisa terjadi karena gunung berapi menjadi kurang aktif atau sebagai hasil dari proses geologi lainnya.

Perubahan Siklus Orbital: Perubahan siklus orbital Bumi (seperti perubahan dalam inklinasi Bumi, eksentrisitas orbit, dan presesi) dapat memengaruhi iklim Bumi. Mungkin bahwa perubahan alami dalam siklus orbital menyebabkan perubahan dalam pola curah hujan dan iklim yang berkontribusi pada akhir peristiwa Pluvial Carnian.

Penurunan Kadar Gas Rumah Kaca: Secara alami, gas-gas rumah kaca seperti CO2 dan CH4 dapat dihilangkan dari atmosfer melalui proses kimia dan fisika. Penurunan konsentrasi gas-gas rumah kaca ini dapat mengarah pada pendinginan iklim.

Dampak Ekosistem: Perubahan dalam ekosistem laut selama peristiwa Pluvial Carnian mungkin telah menciptakan tekanan ekologis yang pada akhirnya mengarah pada perubahan dalam komposisi spesies dan dinamika ekosistem. Perubahan dalam makanan dan persaingan antar spesies dapat memengaruhi evolusi dan adaptasi makhluk hidup.

Perubahan Selama Jangka Waktu Panjang: Meskipun peristiwa Pluvial Carnian mungkin berlangsung selama jutaan tahun, secara geologi, perubahan tersebut mungkin masih terjadi dengan cepat jika dibandingkan dengan perubahan ekstrem yang terjadi dalam periode waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, faktor-faktor yang secara bertahap mengurangi efek peristiwa Pluvial Carnian mungkin juga secara bertahap mengembalikan iklim dan lingkungan ke keadaan yang lebih stabil.

Keseluruhan, akhir dari peristiwa Pluvial Carnian adalah hasil dari berbagai proses geologi, atmosferik, dan ekologis yang terjadi dalam jangka waktu yang sangat panjang. Meskipun belum ada konsensus ilmiah yang pasti tentang bagaimana peristiwa ini berakhir, pemahaman yang lebih mendalam tentang peristiwa ini akan terus berkembang seiring dengan penelitian ilmiah yang lebih lanjut.

Terjadinya peristiwa CPE juga telah menandai berakhirnya Zaman Triassic, yang kemudian berganti menjadi Zaman Jurassic. Pada zaman ini, daratan mulai dikuasai oleh dinosaurus-dinosaurus raksasa, yakni Stegosaurus dan Brachiosaurus dan predator terbesar yang hidup di zaman itu adalah Allosaurus. Sementara itu, lautan dikuasai oleh Icthyosaurus dan Plesiosaurus. 

Setelah Zaman Jurassic berakhir dan berganti menjadi Zaman Cretaceus, barulah dinosaurus-dinosaurus seperti Tyrannosaurus rex, Triceratops, Brachiosaurus, serta Velociraptor mulai mendominasi daratan. 

Penutup


Era Kretaseus adalah masa yang menarik dalam sejarah bumi di mana kehidupan mengalami perubahan mendalam. Ini adalah zaman kejayaan bagi dinosaurus, tetapi juga ditandai oleh peristiwa kepunahan massal yang mengakhiri pemerintahan mereka. Setelah kepunahan, evolusi burung modern dan perkembangan mamalia menjadi sorotan utama dalam perjalanan kehidupan di bumi.

Perubahan lingkungan, ekosistem daratan, dan kehidupan laut juga merupakan bagian penting dari Era Kretaseus. Ini adalah era di mana beberapa kelompok organisme mengalami perkembangan dan adaptasi yang memengaruhi evolusi mereka hingga hari ini.

Ketika kita memeriksa jejak-jejak dan fosil-fosil dari Era Kretaseus, kita memahami lebih dalam tentang sejarah panjang bumi dan bagaimana perubahan lingkungan dapat mengubah wajah kehidupan di planet ini. Era Kretaseus adalah contoh yang menarik tentang bagaimana kehidupan dapat berkembang, bertahan, dan berubah di tengah perubahan besar dalam sejarah bumi.
Masa terakhir adalah masa yang kita jalani sekarang, yakni “Cenozoic” yang dimulai dengan musnahnya dinosaurus dan kehidupan di darat didominasi oleh mamalia (termasuk kita).


Show comments
Hide comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar